22 February 2009

Taking Risks


When I read “By the River Piedra I Sat Down and Wept” by Paul Coelho, I found the amazing pages and I decided to share it here. It’s about taking risks.


"You have to take risk. We will only understand the miracle of life fully when we allow the unexpected to happen.
Every day, God gives us the sun –and also the moment in which we have the ability to change everything that makes us unhappy. Every day, we try to pretend that we haven’t perceived that moment, that it doesn’t exist –that today is the same as yesterday and will be the same as tomorrow. But if people really pay attention to their lives, they will discover that magic moment. It may arrive in the instant when we are doing something mundane, like putting our front-door key in the lock; it may lie hidden in the quiet that follows the lunch hour or in the thousand and one things that all seem the same to us. But that moment exist –a moment when all the power of the stars becomes a part of us and enables us to perform miracles.
Joy is sometimes a blessing, but it is often a conquest. Our magic moment helps us to change and sends us off in search of our dreams. Yes, we are going to suffer, we will have difficult times, and we will experience many disappointments –but all of this is transitory; it leaves no permanent mark. And one day we will look back with pride and faith at the journey we have taken.
Pitiful is the person who is afraid of taking risks. Perhaps this person will never be disappointed or disillusioned; perhaps she won’t suffer the way people do when they have dream to follow. But when that person looks back –and at some point everyone looks back- she will hear her heart saying, “What have you done with the miracles that God planted in your days? What have you done with the talents God bestowed on you? You burried yourself in a cave because you were fearful of losing those talents. So this is your heritage: the certainty that you wasted your life.”
Pitiful are the people who must realize this. Because when they are finally able to believe in miracles, their life’s magic moment will have already passed them by."


What do you think about taking risks? I love the part which I bold. It really touched me deep. I don't wanna say more about this. Let it be a reflection for us.

21 February 2009

Dalam rangka apa nih ?

Saya baru aja baca satu postingan seorang blogger tentang motif atau alasan memberi. Dan tiba-tiba, “Tashya…” Ternyata seorang teman kos saya yang manggil. Keluarlah saya untuk ketemu sama dia.

Saya : “Hai, ada apa?”

Temen (*dengan wajah sumringah*) : “Nih buat elo.”

Saya (*dahi mengerut, dua alis nyatu*) : “………………………….”

Temen : “Gue mo kasih roti buat lo. Gue baru dari toko roti barusan.”

Saya (*bingung mode still on*) : “Hmm, dalam rangka apa nih?”

Temen : “Nggak ada apa-apa. Pengen aja.”

Saya (*masih keheranan*) : “Ooh, thanks yah.”

Saya nggak tau lagi mesti ngomong apa selain thank you. Nggak enak kalo harus menolak pemberian dia atau balik nanya, “kenapa lo tiba-tiba mo kasih gue roti.” Kayaknya kok nggak sopan yak. Jadi saya terima saja pemberian itu dengan segala tanda tanya diotak saya (ampe skarang juga masih bingung).
Pertanyaan yang muncul cuma satu, Kenapa? Buat saya, setiap tindakan apapun yang kita lakukan pasti ada alasannya. Dan saya pun jadi mikir jawaban yang macem-macem. Mungkin ini. Mungkin itu. Saya masih penasaran dan pengen penjelasan yang lebih selain dari, “Nggak ada apa-apa. Pengen aja.”
Let me quote this from the blog : “terkadang hal-hal seperti ‘memberi’ ini tidak dibarengi motivasi”. So, saya nggak mau mikir lebih ah. Ketika saya baca lagi postingan tersebut, saya jadi manggut-manggut setuju. Lagian saya jadi inget kalo temen saya itupun pernah juga melakukan hal yang sama ke saya dan beberapa temen yang lain. Well, maybe she’s got that generous heart. And I think I need to be more generous.

Eh, tapi kira2 kenapa yah?? –haiyaaahh… masih aja seh ^-^v

08 February 2009

Seputar Ulang Tahun

Ada satu tanggal yang penting buat saya. Gimana nggak, wong tiap tanggal itu saya nambah tua (baca: ulang tahun) setiap tahunnya. Eitzz, saya belum se-tua itu lah ... Masih under 25. Well okay, i am just 23.
Saya tidak dibesarkan dalam keluarga yang begitu mengharuskan yang namanya pesta. Sejauh yang saya inget, sampai saat ini, hanya dua ultah saya yang dipestain. Waktu ultah ke-1 dan yang ke-17. Sisanya hanya perayaan yang sederhana : doa lalu makan2 dengan keluarga dan temen2 saya. Tapi sejak
pindah ke Jakarta, saya ngerasa kalo setiap ultah saya itu sepi perayaan yah. Hmm, jadi gini ... Setiap awal Februari itu (waktu jaman kuliah dulu) waktunya UAS --final test. Dan kalo gak tanggal 8 nya saya ada jadwal UAS, pasti tanggal sebelum atau sesudahnya. Nah gimana mo mikir soal bikin acara, pesta2an. Yang di pikiran saya cuman : gue harus hafalin teori2 Manajemen Risiko, gue harus latihan soal Akuntansi, gue harus pelajarin kisi2 BLK. *sigh*
Lalu tahun 2007 ultah saya bertepatan dengan sehari setelah kejadian banjir gede di Jakarta (buat yang ngalamin, pasti tak terlupakan). No celebration. Karena keadaan diluar nggak memungkinkan. Lagian saya ikut bantu2 be-beres tempat kos saya yang kena banjir. Dan tahun 2008 ultah saya bertepatan dengan H+1 Chinesse N
ew Year dan hujan gede di Jakarta (yang nyaris banjir lagi). Maklum, karna saya baru dapet angpao (saya sih nggak ngerayain Chinesse New Year) dari orang tua saya, saya ajak makan lah beberapa temen saya. Dan beberapa dari mereka (yang kebanyakan Chinesse) absen. Hari itu mereka masih lagi trima2 angpao (kaleee ...).
Sampai tahun ini. Dua orang temen bikin surprise buat saya jam 12 teng. Just an ordinary surprise but really meant to me. Sebenarnya saya udah siap bobo. Tapi sejak dua hari lalu rasa gatel di mata saya kambuh lagi, saya susah tidurnya deh. Ampun gatel banget. Saya bangun sambil ngucek2 mata langsung berdiri depan kaca. Apa yang bikin mata saya gatel yah. Sementara periksa-meriksa berlanjut, eh ada yang ngetok pintu kamar saya. Begitu saya buka, taddaaaa ... Nongolah dua temen saya, Evi ama Rita, bawain kue tar yang udah ada lilin menyala di atasnya sambil nyanyiin ha
ppy birthday song. What a surprise !!! Sumpah deh, saya nggak nyangka bahkan nggak ngarep di-surprise-in kayak gini.
Well,
ultah saya itu miskin perayaan. Tapi yang penting ketika masuk usia yang baru, saya dikasi kesehatan. Saya selalu mikir saya ini masih untung masih bisa napas. Masih bisa jalan. Masih bisa makan. Masih bisa dapet best wishes dari orang2 yang tau saya nambah umur.
Terima kasih buat ucapan selamat dan doa2 kalian. Thank yall very much.
Oo ya kalo ditanya soal wishes saya waktu mo tiup lilin ... Hmmm ... Ada deh ^^


01 January 2009

2009



Wishes in 2009 . . .

Great start for January
Love for February
Peace for March
No worries for April
Fun for May
Joy for June and July
Luck for August to November
Happiness for December


HAPPY NEW YEAR
2009




21 December 2008

10 Things We Need To Know

1. God wants spiritual fruit, not religious nuts.

2. There is no key to happiness. The door is always open.

3. Silence is often misinterpreted but never misquoted.

4. Do the math. Count your blessings.

5. Faith is the ability to not panic.

6. If you worry, you didn’t pray. If you pray, don’t worry.

7. As a child of God, prayer is kind of like calling home everyday.

8. The most important things in your house are the people.

9. When we get tangled up in our problems, be still. God wants us to be still so He can untangle the knot.

10. A grudge is a heavy thing to carry.

16 December 2008

Sopir Taksi Vs Pak Polisi

Cerita dibawah ini di forward ke email gw sama om gw. Tentang taxi yang ditumpangin temen om gw ditilang sama polisi.


Polisi (P) : Selamat siang mas, bisa lihat Sim dan STNK?

Sopir ( Sop ) : Baik Pak

P : Mas tau kesalahannya apa?

Sop : Gak pak.

P : Ini nomor polisinya gak seperti seharusnya (sambil nunjuk ke plat nomor taksi yg memang gak standar dan langsung mengeluarkan jurus sakti mengambil buku tilang lalu menulis dengan sigap)

Sop : Pak jangan ditilang deh. Wong plat aslinya udah gak tau ilang kemana. Kalo ada pasti saya pasang.

P : Sudah saya tilang saja. Kamu tau gak banyak mobil curian sekarang? (dengan nada keras !! )

Sop : (Dengan nada keras juga) Kok gitu! Taksi saya kan ada STNK nya, pak. Ini kan bukan mobil curian!

P : Kamu itu kalo di bilangin kok ngotot (dengan nada lebih tegas). Kamu terima aja surat tilangnya (sambil menyodorkan surat tilang warna MERAH).

Sop : Maaf pak saya gak mau yang warna MERAH suratnya. Saya mau yg warna BIRU aja.

P : Hey! (dengan nada tinggi). Kamu tahu gak sudah 10 hari ini form biru itu gak berlaku!

Sop : Sejak kapan pak form BIRU surat tilang gak berlaku?

P : Inikan dalam rangka OPERASI, kamu itu gak boleh minta form BIRU. Dulu kamu bisa minta form BIRU, tapi sekarang ini kamu gak bisa. Kalo gak kamu ngomong sama komandan saya (dengan nada keras dan ngotot).

Sop : Baik, pak. Kita ke komandan bapak aja sekalian (dengan nada nantangin tuh polisi).

Berani bener sopir taksi ini.

P : (Dengan muka bingung) Kamu ini melawan petugas?!

Sop : Siapa yg melawan?! Saya kan cuman minta form BIRU. Bapak kan yang gak mau ngasih.

P : Kamu jangan macam-macam yah. Saya bisa kenakan pasal melawan petugas.

Sop : Saya gak melawan?! Kenapa bapak bilang form BIRU udah gak berlaku? Gini aja pak saya foto bapak aja deh. Kan bapak yg bilang form BIRU gak berlaku (sambil ngambil HP).

Wuih ... hebat betul nih sopir. Berani. Cerdas. Trendy (terbukti dia mengeluarkan hpnya yang ada berkamera).

P : Hey! Kamu bukan wartawan, kan?! Kalo kamu foto saya, saya bisa kandangin (sambil berlalu).

Kemudian si sopir taksi itupun mengejar itu polisi dan sudah siap melepaskan shoot pertama (tiba-tiba dihalau oleh seorang anggota polisi lagi).


P 2 : Mas, anda gak bisa foto petugas sepeti itu.

Sop : Si bapak itu yg bilang form BIRU gak bisa dikasih (sambil tunjuk polisi yg menilangnya).

Lalu si polisi ke 2 itu menghampiri polisi yang menilang tadi. Ada pembicaraan singkat terjadi antara polisi yang menghalau si sopir dan polisi yang menilang. Akhirnya polisi yang menghalau tadi menghampiri si sopir taksi.

P 2 : Mas mana surat tilang yang merah nya? (sambil meminta)

Sop: Gak sama saya pak. Masih sama temen bapak tuh (polisi ke 2 memanggil polisi yang menilang).

P : Sini tak kasih surat yang biru (dengan nada kesal).

Lalu polisi yang nilang tadi menulis nominal denda sebesar Rp. 30,600,-

P : Nih kamu bayar sekarang ke BRI. Lalu kamu ambil lagi SIM kamu disini, saya tunggu.

Sop : (Yes!!) Ok pak ... gitu dong kalo gini dari tadi kan enak?

Kemudian si sopir taksi segera menjalankan kembali taksinya

P : Pak .. maaf kita ke ATM sebentar ya ... Mau transfer uang tilang .

Saya : Ya silakan.

Sopir taksi pun langsung ke ATM

Sop : Hatiku senang banget pak, walaupun di tilang, bisa ngasih pelajaran berharga ke polisi itu. Untung saya paham macam2 surat tilang. Pak kalo ditilang kita berhak minta form Biru, gak perlu nunggu 2 minggu untuk sidang. Jangan pernah pikir mau ngasih duit damai. Mending bayar mahal ke negara sekalian daripada buat oknum.

Dari obrolan dengan sopir taksi tersebut bisa diinfokan sebagai berikut:

SLIP MERAH, berarti kita menyangkal kalau melanggar aturan dan mau membela diri secara hukum (ikut sidang) di pengadilan setempat. Itupun di pengadilan nanti masih banyak calo, antrian panjang, dan oknum pengadilan yang melakukan pungutan liar berupa pembengkakan nilai tilang. Kalau kita tidak mengikuti sidang, dokumen tilang dititipkan di kejaksaan setempat. Disinipun banyak calo dan oknum kejaksaan yang melakukan pungutan liar berupa pembengkakan nilai tilang.

SLIP BIRU, berarti kita mengakui kesalahan kita dan bersedia membayar denda. Kita tinggal transfer dana via ATM ke nomer rekening tertentu (kalo gak salah norek Bank BUMN). Sesudah itu kita tinggal bawa bukti transfer untuk di tukar dengan SIM/STNK kita di kapolsek terdekat dimana kita ditilang. You know what!? Denda yang tercantum dalam KUHP Pengguna Jalan Raya tidak melebihi 50ribu! dan dananya RESMI MASUK KE KAS NEGARA.

Hope this will help you

13 November 2008

Sediakan Waktu

Sediakan waktu untuk berpikir, itulah sumber kejernihan.

Sediakan waktu untuk bermain dan bersantai, itulah rahasia awet muda.

Sediakan waktu untuk membaca, itulah landasan kebijaksanaan.

Sediakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju hidup bermakna.

Sediakan waktu untuk bermimpi, itulah yang membawa anda ke bintang.

Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa dari Tuhan.

Sediakan waktu untuk melihat sekeliling, waktu anda terlalu singkat untuk hidup dalam dunia anda sendiri.

Sediakan waktu untuk tertawa, itulah musik bagi jiwa.

Sediakan waktu bersama keluarga, itulah mutiara paling indah.

Sediakan waktu pribadi untuk Tuhan, itulah sumber kekuatan.


(Renungan Harian edisi Oktober 2008)